ES DAWET
Dawet Ayu adalah minuman khas dari Kabupaten Banjarnegara. Ada sejarah sendiri mengenai dawet dan akan saya ulas di artikel ini. Nama Dawet Ayu Banjarnegara bermula ketika adanya grup lawak yang dahulu sangat terkenal di wilayah eks karesidenan Banyumas yang sempat manggung di Banjarnegara. Setelah selesai manggung kemudian grup tersebut mecicipi dawet yang terletak di Jalan Dipayuda. Karena terkesan dengan rasa dawetnya yang enak dan segar, serta penjualnya (alm Bu Niam) yang ayu sehingga menginspirasi terciptanya lagu gaya Banyumasan yang berjudul Dawet Ayu Banjarnegara. Grup lawak dan lagu itulah yang salah satunya ikut andil dalam mempopulerkan dawet ayu hingga ke berbagai daerah. Perlu diperhatikan dan diingat, salah satu ciri khas penjual dawet ayu Banjarnegara adalah adanya dua buah tokoh wayang pada gerobaknya. Tokoh wayang itu adalah Semar dan Gareng. Ada yang meyebutkan bahwa itu adalah simbolisme dari gabungan kata keduanya yaitu MARENG yang dalam bahasa setempat berarti kemarau. Mar dari seMAR dan reng dari GaRENG. Jadi maksudnya, jika musim kemarau tiba cuaca pasti dan selalu merasa haus, maka minuman yang paling tepat untuk dinikmati adalah dawet ayu atau bisa juga itu adalah simbolisasi dari penjual yang menginginkan cuaca dalam kondisi kemarau sehingga dawetnya bisa laris. Dawet Ayu Bukan hanya terkenal diBanjarnegara tapi didaerah sekitar seperti Cilacap, Kebumen, Wonosobo, Purbalingga, Purwokerto, Banyumas bahkan di kota besar Semarang, Jakarta, Surabaya. Nah Minuman dingin dengan campuran santan kelapa, air, dan gula jawa sebagai kuahnya, serta buliran kecil tepung beras atau tepung hongkue yang dicetak dan diberi warna sebagai isian dalam minuman ini memiliki tradisi sendiri. Tradisi ini adalah Dalam pernikahan adat solo, ada tradisi Dodol Dawet dimana saat orangtua sang pengantin wanita berjualan dawet kepada para tamu undangan. Tahukah anda makna di balik tradisi tersebut ? Bentuk dawet yang bulat pun memiliki makna dan filosofi tersendiri. Bulatnya dawet merupakan perlambang kebulatan hati dan kesiapan orangtua untuk menjodohkan anaknya. Sisi menarik dalam prosesi Dodol Dawet adalah para undangan yang membeli dawet harus menggunakan kereweng atau pecahan genting, bukan uang. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia sejatinya dimulai dan ‘dinafkahi’ dari bumi. Kemudian, yang bertugas melayani pembeli adalah sang ibu, dan yang menerima pembayaran adalah sang bapak. Ini sekaligus untuk mengajarkan pada sang anak bahwa dalam kehidupan berumah tangga dengan suami haruslah saling membantu. Mengapa dinamakan dawet ayu? Konon kata ‘Ayu’ sendiri berasal dari centong dawet yang memiliki ukiran Srikandi. Srikandi sendiri merupakan dewi yang terkenal cantiknya sejagad pewayangan Identitas ‘Ayu’ memang sudah melekat khas pada dawet Banjarnegara. Tapi, ada satu lagi yang tak kalah khasnya. Yakni: patung Semar dan Gareng yang tertancap pada kedua sisi pikulan dawetnya. Simbolisasi Semar dan Gareng dipilih karena padanan kata dua figur punakawan itu mencipta kata “mareng”.Mareng dalam Bahasa Jawa artinya musim panas atau kemarau. Saat cuaca panas, dawet ayu adalah ‘oase’ penyegar yang sempurna untuk memberantas dahaga. Mengutip penelitian Ika Kusuma dari Universitas Negeri Semarang (2009) ”Makna Simbol Semar dan Gareng pada Dawet Ayu Banjarnegara”, jenis kayu untuk ukiran wayang Semar dan Gareng pun ditentukan secara khusus dari jenis kayu kanthil. Ini diyakini memiliki unsur magis untuk daya pelarisan. Kanthil dalam bahasa Jawa artinya ”terenggut tertarik”. Pohon kanthil memang menghasilkan bunga kanthil yang wangi, dan lazim digunakan untuk upacara sesaji.
0 Comments
Leave a Reply. |
About AuthorNgemper Surobojo terdiri dari 4 anggota, yaitu Stephanie Raharjo, Putri Okta Erina, Felix Kongres, dan Maria Christine. Archives |